Beranda | Artikel
Kapan Radhitu Billahi RabbaDibaca ketika Azan? - Syaikh Shalih al-Ushaimi #NasehatUlama
Senin, 3 Oktober 2022

Ahsanallahu ilaikum. Penulis rahimahullahu Ta’ala berkata:
Abu Awanah meriwayatkan dalam kitab Shahihnya dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu Ta’ala ‘anhu, ia berkata:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa yang mendengar muazin azan, lalu mengucapkan, ‘Asyhadu allaa ilaaha illallaah …
rodhiitu billaahi ta’ala robban, wa bil islaami diinan
wabi muhammadin shollallaahu ‘alaihi wa sallama nabiyyan.’
—dan di riwayat lain ada tambahan, “… wa rosuulan”—
maka akan diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.”

Penjelasan derajat hadis ini seperti penjelasan pada hadis sebelumnya,
karena sumbernya berasal dari kitab ash-Shahih.

Namun di dalamnya tidak disebutkan tentang pengampunan dosa-dosa yang akan datang.
Pada asalnya hadis ini shahih.

Namun tambahan lafaz tentang pengampunan dosa-dosa yang akan datang, tidak benar.
Para ulama rahimahumullahu Ta’ala berbeda pendapat
tentang waktu pengucapan zikir azan ini ke dalam beberapa pendapat.

Pendapat yang paling benar adalah seseorang mengucapkan zikir ini setelah muazin melantunkan kalimat
“Asyhadu anna muhammadan rosulullah” yang kedua.

Jika muazin selesai mengucapkan kalimat ini, maka orang yang mendengarnya mengucapkan:
“Asyhadu allaa ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhammadan rosulullaah
rodhiitu billaahi robban wa bil islaami diinan,
wabi muhammadin shollallaahu ‘alaihi wa sallama nabiyyan.”

Ini berdasarkan beberapa riwayatnya yang ada dalam ash-Shahih dan lainnya yang menyebutkan, “Dan aku bersyahadat.”
Maka ini berkaitan dengan kalimat syahadat yang telah disebutkan,
dan syahadat yang terakhir disebutkan (oleh muazin) adalah “Asyhadu anna muhammadan rosulullah.”

Jadi, jika muazin mengucapkan “Asyhadu anna muhammadan rosulullah”
maka yang mendengar mengucapkan zikir ini setelahnya.
Orang yang mendengar azan mengucapkan syahadat kedua,

karena sebelumnya ia telah mengucapkan syahadat pertama, maka ia tinggal mengucapkan syahadat kedua untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam.
Kemudian ia mengucapkan zikir “Rodhiitu billaahi robban wa bil islaami diinan
wabi muhammadin shollallaahu ‘alaihi wa sallama nabiyyan.”

Inilah pendapat yang terbaik dan yang paling tepat waktu penyebutan zikirnya
dari sisi lafaz dan maknanya.
Demikian.

====

أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكُمْ قَالَ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى

أَخْرَجَ أَبُو عَوَانَةَ فِي صَحِيحِهِ عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ الْمُؤَذِّنَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

رَضِيْتُ بِاللهِ تَعَالَى رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا

وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا

وَفِي لَفْظٍ وَرَسُولًا

غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ

وَهَذَا الْحَدِيثُ الْقَوْلُ فِيهِ كَالْقَوْلِ فِي سَابِقِهِ

فَإِنَّ أَصْلَهُ فِي الصَّحِيحِ

وَلَيْسَ فِيهِ ذِكْرُ الْمَغْفِرَةِ لِمَا تَأَخَّرَ

فَأَصْلُ الْحَدِيثِ صَحِيحٌ

لَكِنَّ زِيَادَةَ ذِكْرِ الْمَغْفِرَةِ فِيهِ لِمَا تَأَخَّرَ لَا تَثْبُتُ

وَاخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ رَحِمَهُمُ اللهُ تَعَالَى

فِي مَوْقِعِ هَذَا الذِّكْرِ مِنَ الْأَذَانِ عَلَى أَقْوَالٍ

أَصَحُّهَا أَنَّ الْعَبْدَ يَأْتِي بِهِ بَعْدَ قَوْلِ الْمُؤَذِّنِ

أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ الثَّانِيَةِ

فَإِذَا فَرَغَ الْمُؤَذِّنُ مِنْ ذَلِكَ قَالَ سَامِعُهُ

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا

وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا

لِمَا وَقَعَ فِي بَعْضِ أَلْفَاظِهِ فِي الصَّحِيحِ وَغَيْرِهِ وَأَنَا أَشْهَدُ

فَإِنَّهَا تَكُونُ مُتَعَلِّقَةً بِشَهَادَةٍ تُذْكَرُ

وَالشَّهَادَةُ الَّتِي تُذْكَرُ آخِرُهَا أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ

فَإِذَا قَالَ الْمُؤَذِّنُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ

جَاءَ بِهَذَا الذِّكْرِ بَعْدَهُ

فَذَكَرَ الشَّهَادَةَ الثَّانِيَةَ

لِأَنَّهُ ذَكَرَ الْأُولَى قَبْلُ فَذَكَرَ الشَّهَادَةَ الثَّانِيَةَ لِلرَّسُولِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ

ثُمَّ قَالَ رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا

وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا

هَذَا أَحْسَنُ الْأَقْوَالِ وَأَنْسَبُهَا مَوْقِعًا

مِنْ جِهَةِ الْمَبْنَى وَالْمَعْنَى

نَعَمْ


Artikel asli: https://nasehat.net/kapan-radhitu-billahi-rabba-dibaca-ketika-azan-syaikh-shalih-al-ushaimi-nasehatulama/